BREAKING NEWS

28 Juni 2024

Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara, Sebuah Curhatan


Bagian (1)
Ki Hajar Dewantara, tokoh pendidikan Indonesia, memandang pengajaran sebagai bagian integral dari pendidikan. Baginya, pendidikan harus memerdekakan anak-anak dengan memberi tuntunan agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Beliau juga memiliki pemikiran bahwa pendidikan seharusnya tidak membatasi segelintir orang saja, melainkan memberikan kesempatan yang sama kepada setiap individu tanpa memandang ras, agama, atau status sosial. Beliau juga memandang bahwa anak bukanlah kertas putih kosong yang siap ditulisi semau gurunya..Murid tumbuh dengan kodrat keadaannya, kodrat alam dan zamannya. Jadi, pemikiran Ki Hajar Dewantara mengajarkan inklusivitas dan pemberdayaan bagi semua anak. 

Berkaca dari atas, saya adalah tipe guru yang mungkin sedikit banyak berupaya menjadi baik meski tak kunjung bisa baik sampai sekarang. Mau bicara agak tinggi bahwa saya sudah baik itu jelas di luar kepantasan moral. Bicara bahwa saya tidak baik juga terkesan merendah padahal itu yang mendekati kenyataan. Jadi, bisa dikatakan bahwa saya berusaha memosisikan diri untuk sewajarnya nalar sosial, ya beginilah saya. 

Seringkali berusaha membaiki siswa dalam kondisi apapun mereka. Belajar bersama mereka sebisanya selayaknya teman sebaya, meski tentu tak bisa. Mendampingi keluh kesah dan gelisah mereka, utamanya menjelang ke perguruan tinggi. Kadang berjam-jam ngobrol tak terasa. Kadang malam kadang tak kenal jam, chatting sekadar menerima curahan hati yang bimbang memilih jurusan apa di kampus mana. 

Di kesempatan lainnya, biasa sepulang sekolah, saya termasuk orang yang enggan pulang cepat, bukan karena apa-apa, koneksi internet di sekolah lumayan kenceng dan saya bisa manfaatkan fasilitas tersebut untuk mengerjakan banyak hal. Seringnya menerima siswa untuk sekadar konsultasi atau meminta pertolongan teknis yang biasanya itu anak-anak OSIS terkait dengan rencana kegiatan mereka. Termasuk menunggu siswa yang susulan mengerjakan tugas atau apa saja terkait kewajiban belajar siswa.

D kelas, saya termasuk guru yang longgar dalam banyak hal. Memberikan kesempatan dan keleluasaan anak-anak belajar sesuai dengan gaya belajarnya. Tak ada deadline ketat yang harus dipenuhi siswa. Asal mau belajar dan menyelesaikan kewajibannya, saya sangat berterima kasih. Tentunya aparesiasi lebih akan didapatkan bagi mereka yang menyelesaikan kewajibannya lebih dari yang lain. Misal, mentraktir minuman siswa yang mendapatkan hasil belajar yang terbaik. 

Lalu, saya ditanya, apa refleksi anda terkait pemikiran Ki Hajar Dewantara? Sepertinya saya sosok yang jauh dari yang diidealkan oleh beliau. Jawaban yang bisa saya berikan hanyalah saya berusaha sebaik mungkin. 

Bagian (2)
Perubahan pemikiran dan atau perilaku macam apa yang terlihat dari diri saya setelah belajar banyak pemikiran filosofis Ki Hajar Dewantara? Sejujurnya saya tak yakin apakah ada perubahan yang signifikan pada diri saya kecuali bahwa referensi keilmuan saya bertambah terkait sosok Ki Hajar Dewantara yang dulu saya kenal melalui sekolah taman siswa di desa istri saya di Yogyakarta. Begitu sabarnya guru-guru Taman Siswa. Ketakjuban saya melihat para pendidik Taman Siswa itu memang luar biasa. Saya tak sanggup menjadi sosok seperti mereka yang penuh kesabaran membersamai murid-murid yang saya anggap bengal itu. 

Oh iya, rasanya tidak fair juga bila kenal referensi pemikiran baru sehari dua hari lalu berubah secara mendadak dan revolusioner. Wow Emeiziiiiingggg. Ya ndak begitu juga lah. Barangkali butuh pengendapan barang sebulan dua bulan internalisasi nilai melalui praktik pembelajaran, perbaikan perangkat pembelajaran, dan seterusnya. Ndak ujug-ujug langsung jadi. hehehehe. 

Tapi, sebagai sebuah program pemerintah yang bagus (sependek yang saya ikuti), aktifitas pembelajaran dalam program guru penggerak ini memang sangat padat. Saya suka cara PGP dalam lokakaryanya. Cara-cara khas lembaga swadaya masyarakat (LSM) dalam pemberdayaan dan edukasinya. Dulu awal-awal saat mengajar, pengen menerapkan cara yang seperti itu, tapi ndak enak sama senior-senior. Di luar pakem pembelajaran mainstream yang berlaku saat itu. Kira-kira 20-an tahun yang lalu.

Bagian (3)
Membaca referensi sosok dan pemikiran Ki Hajar Dewantara serasa mendapatkan pembenaran atas apa yang saya lakukan selama ini pada beberapa sisi dan di banyak sisi lainnya semakin mempertanyakan banyaknya kesalahan yang saya lakukan selama ini. Barangkali hal-hal yang bisa saya segera terapkan segera untuk memperbaiki diri adalah dengan (1) semakin banyak belajar membaca Ki Hajar Dewantara dari pemikiran dan tindakan beliau. (2) Memperbaiki hal-hal teknis dalam pengajaran di kelas dan dituliskan dalam rencana pengajaran untuk sebisa mugnkin diimplementasikan di kelas. Maklum, ini musim liburan yang biasa dipakai untuk menyusun perangkat mengajar. Jadi, jangan berharap banyak hal yang bisa berubah kecuali sesuai kodrat zaman (baca: waktu), waktunya saat ini adalah menyusun perangkat mengajar. hahahaha.

Akhirnya, terima kasih, Ki. Dulu aku mengenalmu dari jauh, kini aku mengenalmu lebih dekat. Tapi, semakin aku mengenalmu semakin aku merasa jauh darimu. Bantu aku dong, Ki. Jangan lari saat aku dekati. 😔

sumber gambar: pnngtree.com

Share this:

Posting Komentar

 
Copyright © 2014 Gempur Abdul Ghofur. Designed by OddThemes